Menarainfo, Padang -Isu-isu intoleransi dan radikalisme sering menerpa Provinsi Sumatera Barat dan kota kota di Sumbar, termasuk kota Padang sendiri.
Terlebih sejak pasca pemilihan presiden (Pilpres) 2014, berlanjut pada Pilpres 2019 hingga sekarang.
Ketegangan suasana menjelang pemilihan umum (Pemilu) 2014 hingga puncaknya pada Pilpres 2019 lalu masih terasa hingga saat ini.
Apalagi pilihan orang Minang sangat berbeda dengan provinsi lainnya.
Wali Kota Padang mengaku heran adanya informasi bahwa Kota Padang intoleran. Jika intoleran, di Kota Padang tidak mungkin ada gereja dan peringatan hari besar agama non-muslim.
“Entahlah saya juga bingung ya dengan informasi-informasi yang seperti itu, kalau memang Intoleran tidak mungkin ada gereja, bahkan kita kemarin juga melaksanakan peringatan cap go meh,” ucap Hendri Septa.
Penyataan tersebut diutarakan Walikota Padang usai salat Idul Fitri 1444 H di Halaman Balai Kota Padang, Sabtu (22/4/2023) kepada awak media.
Ia mengaku sangat kecewa dengan orang-orang yang mengeluarkan statemen seperti hal tersebut. Selain itu, Ia juga mengatakan pada saat bulan suci Ramadan anak-anak bergama non muslim juga diarahkan melakukan kegiatan berdasarkan agama masing-masing.