Bank Credit Suisse Merugi Hingga Harus Merger Dan Penurunan Nilai Hutang

Bank Credit Suisse alami kerugian hingga Rp 120 triliun

Menarainfo, Padang –  Credit Suisse Group AG adalah bank investasi global dan firma jasa keuangan yang didirikan dan berbasis di Swiss.

Berkantor pusat di Zürich , ia memiliki kantor di semua pusat keuangan utama di seluruh dunia dan merupakan salah satu dari sembilan bank ” bulge bracket ” global yang menyediakan layanan dalam perbankan investasi , perbankan swasta , manajemen aset , dan layanan bersama . Ia dikenal dengan kerahasiaan bank-klien yang ketat dan kerahasiaan perbankan.

Dewan Stabilitas Keuangan menganggapnya sebagai abank global yang penting secara sistemik.

Credit Suisse juga merupakan dealer utama dan rekanan Forex dari Federal Reserve di Amerika Serikat.

Terpaan crisis ekonomi global turut mendera Dua bank besar asal Swiss, yaitu Credit Suisse dan UBS, kedua bank tersebut    menyatakan kesepakatan merger pada Minggu (19/3/2023).

Baca Juga :  Wawako Marfendi Manfaatkan Momen Idul Adha 1444 H Bersilaturahmi Dengan Masyarakat

UBS akan membeli seluruh saham Credit Suisse dengan harga CHF 3 miliar atau sekitar Rp49,6 triliun (kurs Rp16.535 per CHF).

“Jika memungkinkan, proses merger diharapkan akan selesai pada akhir 2023,” kata manajemen Credit Suisse dalam siaran persnya, Minggu (19/3/2023).

Kesepakatan merger ini diumumkan di tengah anjloknya harga saham Credit Suisse. Berdasarkan data Google Finance, sejak awal tahun sampai 20 Maret 2023 harga saham Credit Suisse sudah merosot sekitar 73% (year-to-date/ytd).

Merger itu juga dilakukan setelah keuangan Credit Suisse ambruk dalam beberapa tahun belakangan.

Menurut laporan tahunannya, Credit Suisse sudah merugi sejak 2021. Bahkan pada akhir 2022 kerugian mereka membengkak hingga mencapai CHF 7,3 miliar atau sekitar Rp120 triliun.

Baca Juga :  Senin 26 Desember 2022 masih kerja,bukan cuti bersama.

Akibatnya FINMA pada Senin (20/3/2023), perintahkan penurunan nilai utang sebagai bagian dari upaya penyelamatan perusahaan. UBS sendiri sudah menyatakan resmi mengakuisisi Credit Suisse sebagai salah satu langkah penyelamatan.

Di sisi lain, FINMA sudah menyatakan bahwa keputusan itu tujuannya untuk memperkuat modal perusahaan. Kebijakan itu juga disebut-sebut agar para investor juga bisa ikut merasakan beban dari masalah Credit Suisse.

Namun pernyataan itu membuat para pemegang obligasi Credit Suisse marah. Bagaimana tidak, sebab itu artinya pemegang obligasi AT1 tidak akan mendapatkan apapun.

Dengan saham yang anjlok dan kerugian jumbo, Credit Suisse berisiko bangkrut dalam waktu dekat. Namun, sejumlah pihak berupaya melakukan “penyelamatan”, karena kebangkrutan Credit Suisse dikhawatirkan dapat menimbulkan dampak rembetan bagi perekonomian Swiss dan negara-negara lain.

Baca Juga :  295 Calon Jemaah Haji Dilepas Wako Bukittinggi

Pasalnya, menurut FINMA, Badan Otoritas Pasar Keuangan Swiss, Credit Suisse termasuk salah satu bank yang memiliki pengaruh sistemik terhadap keuangan domestik dan global.

Bank besar di Amerika dan Swiss sudah mulai terkena dampak krisis ekonomi dunia,  Indonesia mempersiapkan diri sebagai negara berkembang, cepat atau lambat krisis akan mendera Indonesia.

Related posts